Singapura – Sektor pariwisata di Singapura terkena dampak meningkatnya Konflik China–Jepang. Beberapa orang Tionghoa yang ingin berlibur ke Jepang telah berubah rencana, dan kini mereka akan pergi ke negara Asia lainnya, seperti Korea Selatan dan beberapa negara yang dekat dengan Indonesia.
Sebuah lembaga penelitian perjalanan bernama China Trading Desk menemukan bahwa sekitar sepertiga dari 1,44 juta wisatawan Tiongkok yang berencana mengunjungi Jepang pada akhir Desember harus mengubah rencana mereka. Pemerintah Beijing meminta rakyatnya untuk menjauhi Jepang untuk sementara waktu. Hal ini terjadi setelah pemerintah Jepang mengatakan bahwa beberapa orang yang berasal dari Tiongkok mungkin mengidap penyakit yang disebut COVID-19.
Laporan The Strait Times (22/11/2025) menyebutkan bahwa sebagian besar orang yang membatalkan perjalanannya ke Jepang melakukannya untuk perjalanan yang akan segera dilakukan, dan hampir tidak ada orang yang ingin pergi ke Jepang yang melakukan pemesanan baru. Jepang kemungkinan besar akan kehilangan banyak uang karena situasi ini.
Jepang bisa kehilangan sekitar USD 500 juta (sekitar Rp 8,35 triliun) karena perang dagang dengan Tiongkok, menurut Subramania Bhatt, CEO China Trading Desk. Pembatalan penerbangan dapat merugikan industri penerbangan dalam jumlah besar. Jika ini terus terjadi, kerugiannya bisa mencapai lebih dari 20 triliun rupiah. Jumlah uang yang dikeluarkan turis Tiongkok di Indonesia setiap bulannya sekitar USD 900 juta (sekitar Rp 15 triliun). Ini adalah rata-rata pengeluaran wisatawan Tiongkok.
Di sisi lain, beberapa negara justru menikmati peningkatan minat wisatawan Tiongkok. Singapura dan Korea Selatan mendapat lebih banyak pesanan baru dalam beberapa hari terakhir, hingga 15%. Thailand, Malaysia, dan Vietnam yang berada di Asia Tenggara diperkirakan tumbuh sekitar 11% setiap minggunya.
China Trading Desk juga berpendapat bahwa banyak tur grup dan paket tur akan dibatalkan—sekitar setengahnya. Untuk perjalanan individu, pembatalan tercatat sebesar 22%.
Maskapai penerbangan Tiongkok mempercepat pembatalan penerbangan. Cathay Pacific Airways dan maskapai penerbangan lain, seperti Singapore Airlines, tidak memungut biaya dari penumpang untuk mengubah atau membatalkan perjalanan mereka ke Jepang. Kebijakan ini memudahkan wisatawan untuk mengubah rencana perjalanan.
Beberapa perusahaan perjalanan besar di Tiongkok, seperti Panda yang dimiliki oleh pemerintah, juga membatalkan perjalanan rombongan yang sudah memesan tiketnya. Bloomberg mengatakan bahwa mereka melakukan ini untuk berhenti kehilangan uang karena tidak mengetahui apa yang harus dilakukan dan bagaimana politik berubah dengan cepat.
Peringatan perjalanan tidak menghentikan orang untuk memesan perjalanan antara Tiongkok dan Jepang hingga tahun 2025. Jumlah pemesanan meningkat 25% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024. Jumlah pemesanan kini lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
Bhatt mengatakan bahwa tempat-tempat yang banyak dikunjungi orang di Jepang paling terkena dampaknya. – Banyak penerbangan dari kota-kota seperti Shanghai, Beijing, dan Guangzhou ke Tokyo dan Osaka dibatalkan.