Indonesia kerap disebut sebagai surga wisata dunia. Namun, bagaimana pandangan seseorang yang benar-benar telah menjelajahi ratusan destinasi global? Trinity, penulis perjalanan yang dikenal lewat buku The Naked Traveler, memberikan pandangan jujur dan mendalam tentang pariwisata indonesia Tanah Air setelah mengunjungi 111 negara di dunia.
Dalam perbincangan dengan detikTravel, Trinity menegaskan bahwa tidak ada satu pun negara yang mampu menandingi keindahan Indonesia. Pernyataan ini bukan sekadar pujian, melainkan refleksi dari pengalaman panjangnya berkeliling dunia dan membandingkan langsung berbagai destinasi internasional.
Indonesia Tetap Nomor Satu di Mata Trinity
Pengalaman Keliling Dunia Tak Menggeser Pilihan
Setelah mengunjungi 111 negara, Trinity mengaku tetap menjatuhkan pilihannya pada Indonesia. Menurutnya, keindahan alam Indonesia sulit ditandingi oleh negara mana pun.
Ia menilai Indonesia memiliki kekayaan wisata yang sangat lengkap, mulai dari pantai, pegunungan, hutan tropis, hingga budaya dan kuliner yang beragam. Dari Sabang sampai Merauke, setiap daerah menawarkan pengalaman berbeda yang tidak mudah ditemukan di satu negara lain.
Bagi Trinity, keramahan masyarakat dan cita rasa makanan Indonesia menjadi nilai tambah yang membuat wisatawan betah dan ingin kembali.
Tantangan Geografis Pariwisata Indonesia
Negara Kepulauan yang Butuh Usaha Ekstra
Meski memuji keindahan Indonesia, Trinity juga menyoroti sisi lain yang menjadi tantangan besar, yaitu faktor geografis. Sebagai negara kepulauan, Indonesia tidak berada dalam jalur utama penerbangan internasional.
Wisatawan mancanegara perlu usaha lebih untuk mencapai Indonesia dibandingkan negara-negara yang menjadi hub penerbangan global. Menurut Trinity, hal ini membuat Indonesia kalah bersaing dari sisi aksesibilitas, meski unggul dari segi potensi wisata.
Namun demikian, ia menegaskan bahwa tantangan geografis ini seharusnya bisa diatasi dengan strategi promosi dan pengelolaan pariwisata yang tepat.
Kebijakan Pariwisata yang Terlalu Berubah-ubah
Dari 10 Destinasi Prioritas hingga Super Prioritas
Trinity juga mengungkapkan keresahannya terhadap arah kebijakan pariwisata Indonesia yang dinilai tidak konsisten. Ia menyinggung perubahan konsep dari 10 Destinasi Prioritas menjadi lima Destinasi Super Prioritas seperti Borobudur, Mandalika, Likupang, Danau Toba, dan Labuan Bajo.
Menurutnya, perubahan fokus yang terlalu sering justru membuat arah pengembangan pariwisata menjadi tidak jelas. Trinity mempertanyakan dasar pemilihan destinasi tersebut dan menilai masih banyak daerah lain yang lebih siap dan mudah dikembangkan.
Ia menekankan pentingnya riset mendalam sebelum menetapkan prioritas agar kebijakan pariwisata benar-benar berdampak.
Kampanye Wisata Indonesia Dinilai Kurang Mengena
Perlu Fokus agar Pesan Lebih Kuat
Selain kebijakan, Trinity juga mengkritik kampanye promosi pariwisata Indonesia. Ia menilai slogan seperti Wonderful Indonesia terlalu luas dan kurang membangun identitas kuat di benak wisatawan global.
Sebagai perbandingan, ia menyebut Filipina yang sukses membangun citra lewat kampanye pantai berpasir putih. Menurut Trinity, Indonesia seharusnya berani fokus pada satu kekuatan utama agar pesan promosi lebih melekat.
Dengan garis pantai yang panjang dan indah, Indonesia memiliki modal besar untuk membangun citra wisata kelas dunia.
Usulan Trinity untuk Masa Depan Pariwisata Indonesia
Libatkan Profesional dan Tourism Board
Di balik kritiknya, Trinity tetap optimistis terhadap masa depan pariwisata Indonesia. Ia menyarankan agar pengelolaan pariwisata ditangani oleh orang-orang yang benar-benar kompeten dan profesional.
Ia mencontohkan Korea Selatan yang sukses melalui pembentukan tourism board dan perekrutan tenaga ahli internasional. Menurut Trinity, Indonesia memiliki alam yang jauh lebih kaya, tetapi perlu manajemen dan strategi yang tepat agar potensinya maksimal.
Dengan pendekatan profesional dan fokus yang jelas, Trinity yakin Indonesia bisa menjadi destinasi unggulan dunia secara konsisten.